Apa kabar teman-teman, saya harap kabar anda saat ini baik-baik saja
Jumpa perdana, saya ingin mengutip sebuah lagu, di jamannya kala itu termasuk lagu yang nge-hit atau populer. Dan penyanyi yang mentenarkan ( make s.o. well known ) lagu tersebut adalah penyanyi yang dalam setiap penampilannya selalu memakai topi seperti kodok ( Entah jenis topi apa namanya ). Ari Wibowo adalah penyanyi yang kami maksud.
Betul sekali " Kodokpun ikut bernyanyi "
Ok....!!!
Terus hubungane iku loh opo, lagunya Ari Wibowo dengan budidaya kodok yang akan kita bahas.?
Sabar kawan tak perlu ngana keluarin mosi tidak percaya kaya di tv republik sebelah. Nanti akan saya jelaskan hubungan yang terjadi antara lagunya Ari dengan budidaya kodok.
Sekian lama sebagian wilayah Nusantara di gonjang ganjing oleh asap akibat hutan terbakar . Penantian yang sangat lama itu akhirnya datang juga . Apakah pelaku atau otak yang suruh bakar lahan / hutan di bui ataukah sudah rip? Ehem ..., saya kurang tahu, yang saya maksud penantian yang sangat panjang akhirnya datang juga adalah gerimis sama inangnya yakni hujan. Musin hujan telah tiba kawan.
Jika musim hujan tiba kalangan masyarakat bawah seperti petani akan bersuka cita, selain mereka bisa memulai menanam, air yang di gunakan kebutuhan sehari hari pun dapat tercukupi, meski bukan air hasil pengolahan "water treatment" ala PDAM, hanya air "Tjap Petir"..... sujud syukur tak akan di lupakan di haturkan ke hadapan Illahi penguasa semesta.
Ya.. perlu kita maklumi musim kemarau kemarin mereka mendapatkan air yang agak lumayan bersih dari uluran para calon pemimpin daerah yang menebarkan pesonanya melalui air bersih. Nah dengan selesainya pilkada serentak serta datangnya hujan berhenti pula pasokan air bersih tersebut, selain alasan air sudah tersedia dengan merk Cap Petir tadi, yang kalah pilkada pusing menghitung modal yang di keluarkan serta mencari solusi pengembalian modal tersebut, sedangkan yang menang, jadi penguasa daerah terpilih sibuk balas sms kolleganya.
Ya.. perlu kita maklumi musim kemarau kemarin mereka mendapatkan air yang agak lumayan bersih dari uluran para calon pemimpin daerah yang menebarkan pesonanya melalui air bersih. Nah dengan selesainya pilkada serentak serta datangnya hujan berhenti pula pasokan air bersih tersebut, selain alasan air sudah tersedia dengan merk Cap Petir tadi, yang kalah pilkada pusing menghitung modal yang di keluarkan serta mencari solusi pengembalian modal tersebut, sedangkan yang menang, jadi penguasa daerah terpilih sibuk balas sms kolleganya.
Teman-teman yang di mulyakan Tuhan.
Selain petani, dengan hadirnya musim hujan ada kelompok kecil lain di masyarakat kita, tidak kalah rasa syukurnya karena yakin sang mantan ( istri ) senyum simpul melihat kehadiranya menenteng rejeki dimana rejeki tersebut tidak mungkin mereka dapatkan jika uap air tidak berkondensasi ( Hujan Tiba ) . Meski baju basah kuyup, bibir terasa asin (akibat tetesan air dari topi penahan hujan karena sekian lama tidak di cuci istri.) Ada tawa tersembul di kalangan minoritas ini.
Siapakah komunitas kecil yang kami maksud ? Tidak lain dan tidak bukan kelompok kecil ini adalah para Sniper kodok / Penembak runduk ( pencari / pemburu kodok sawah)
Sniper kodok / Penembak runduk ( pencari / pemburu kodok sawah)
Rekanku sekalian yang berbahagia
Sepenggal gambaran di atas adalah warna negeri tercinta kita saat ini. Ada bupati terpilih yang bersuka hati karena kemenangannya, di sisi lain ada rivalnya yang pusing banyak keliling bingung campur tidak percaya karena kekalahannya. Petani bersujud syukur karena kucuran hujan tiba, di lain pihak penjual air bersih putar otak karena sepi order pilkada sudah selesai di "gelar".
Sang istri pencari katak sawah tertawa lebar uang komite anaknya rampung di bayar.
Dan masih bayak cerita-cerita lainnya.
Dan masih bayak cerita-cerita lainnya.
Mestinya puji dan rasa syukur pantas kita panjatkan ke Tuhan pemilik alam ini, karena keserasian, keselarasan, keseimbangan masih terus di wujudkan di bumi pertiwi tercinta kita. Tetapi kita penghuni negeri malah "Ngawur" dalam menyikapinya.
Kita di berikan negeri yang "Gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo".
Ungkapan “gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo“ merupakan suatu kalimat yang merupakan ungkapan untuk menggambarkan keadaan bumi pertiwi Indonesia. Gemah ripah loh jinawi berarti (kekayaan alam yang berlimpah) sedangkan toto tentrem karto raharjo (keadaan yang tenteram). Namun semboyan di atas tidak lagi berlaku di negeri kita tercinta ini. Orang bilang tanah kita tanah surga seperti yang tersirat dalam lagu koes plus yang berjudul kolam susu. kail dan jala cukup menghidupimu, ikan dan udang datang menghampiri dirimu. Namun keadaan tersebut berbeda 180 derajat dengan kehidupan masyarakat Indonesia sekarang.
Sekali lagi mari kita sikapi pelaku peran di atas yang nyata-real ada di negeri ini.
Apakah dengan tertawanya istri pencari katak sawah karena si suami pulang membawa rejeki lumayan, tidak ada yang di rugikan
Jawabanya "ADA" yang utama dan pertama adalah keseimbangan ekosistim di alam terganggu, jika di lakukan perburuan secara terus menerus.
Kenapa bisa terganggu ?
Karena salah satu sub rantai makanan ( Katak sawah = Fejervarya cancrivora ) di alam makin hari makin punah, keberadaan katak sawah semakin langka.
Rantai makanan
Mari kita amati ilustrasi gambar rantai makanan di atas
1. Jika katak punah ( salah satunya katak sawah ) akibat perburuan besar besaran, maka hewan yang beruntung adalah serangga predator, karena mereka bisa beranak pinak semaunya,
2. Jika serangga predator dalam jumlah yang sangat besar di alam setelah beranak pinak apakah belalang di alam cukup untuk di makan ? yakin 100% sumpah pocong pun saya berani, belalang tidak akan cukup di makan serangga predator
3. Jika belalang tidak memenuhi kuota.. serangga predator tidak akan makan level atasnya ( keburu takut ) dan yang di serbu adalah makanan belalang, yakni Padi
4. Jika padi di makan serangga predator siapa yang berteriak ? yang punya sawah tentunya, namanya Bung Tani.
5. Jika bung tani emosi, solusi tercepat yang akan di ambil adalah beli pestisida
6. Jika pestisida di sebar pakde tani di sawah ada hewan lain yang marah, siapakah hewan itu, hewan ini bernama tikus. Mereka marah karena sebagian makanan mereka ikut mati terkena racun tebaran petani tadi. Bahkan sebagian temanya ikut is dead. Panglima tikus mengumumkan siaga perang lawan Bung Tani.
7. Jika tikus ngamuk petani gagal panen.
8. Jika amukan tikus belum 100% petani akan panen, tetapi hasil panenannya tercemar racun pestisida
9. Jika beras hasil panenan padi petani 0,000 sekian % tercemar racun pestisida pada pemakain perhari dan berlangsung tahunan, pemakan nasi akan terkena stroke, asam urat, kencing manis, alegi, usus buntu dan lain lain.
10. Jika pemakan nasi sudah terinfeksi pestisida jadinya ya seperti yang anda lihat di tv setiap hari, suka membuka aib orang, badut-badutan kala sidang, senetron pengandaian ( berandai-andai ). dan lain-lain.
Nah...loh...bagaimana kok piye?
Ada yang interupsi ?
Misal...Pak, Mas, Dab, Kong...kan ilustrasi gambar di atas, tikus di makan ular ?
Betul mestinya tikus di makan oleh ular, tetapi sekarang ularnya di gendong sama ibu-ibu atau tante-tante yang lagi kumpul arisan.
Nih...buktinya
Nih...buktinya
Tas yang di gendong tante cantik itu berbahan kulit ular. Gimana ada yang interupsi lagi?
Gambar di atas adalah proses pembersihan ular dan proses penyamakan, setelah di samak jadinya seperti gambar di bawah ini
Setalah berwujud tas lalu di gendong para tante untuk kondangan atau arisan.
Kembali ke pokok bahasan.
Teman-teman...
Dari paparan yang coba saya suguhkan kepada anda. Ada yang mesti kita cermati di antaranya adalah Salahkah pencari katak sawah yang mengais rejeki ? mereka tidak bersalah, ini berhungan dengan isi perut, mereka hidup di negeri yang konon katanya sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945 dan di akui oleh PBB.
Tapi mereka sumber masalah ?
Mereka bukan sumber masalah. Masalah yang sebenarnya tidak sesederhana seperti yang kita pikirkan.
Kan sudah ada larangan dari pemerintah di larang berburu !
Kalau sekedar melarang tanpa mencarikan solusi sama saja bohong.
Masalah negeri ini komplek / sudah akut.
Saya tidak akan melebarkan pembahasan lagi. Kita fokus kepada hewan yang bernama Kodok atau Katak
Dan agar kelak di artikel-artikel selanjutnya tidak rancu.
Gambar di atas adalah proses pembersihan ular dan proses penyamakan, setelah di samak jadinya seperti gambar di bawah ini
Setalah berwujud tas lalu di gendong para tante untuk kondangan atau arisan.
Kembali ke pokok bahasan.
Teman-teman...
Dari paparan yang coba saya suguhkan kepada anda. Ada yang mesti kita cermati di antaranya adalah Salahkah pencari katak sawah yang mengais rejeki ? mereka tidak bersalah, ini berhungan dengan isi perut, mereka hidup di negeri yang konon katanya sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945 dan di akui oleh PBB.
Tapi mereka sumber masalah ?
Mereka bukan sumber masalah. Masalah yang sebenarnya tidak sesederhana seperti yang kita pikirkan.
Kan sudah ada larangan dari pemerintah di larang berburu !
Kalau sekedar melarang tanpa mencarikan solusi sama saja bohong.
Masalah negeri ini komplek / sudah akut.
Saya tidak akan melebarkan pembahasan lagi. Kita fokus kepada hewan yang bernama Kodok atau Katak
Dan agar kelak di artikel-artikel selanjutnya tidak rancu.
Istilah....
Katak / Kodok
Adalah.....
Adalah.....
Yang bisa di makan, bisa di ternak, tidak beracun
Bisa Kodok Sawah = Fejervarya cancrivora
Kodok Lembu ( American Bullfrog = Rana catesbeiana)
Serta Kodok/ Katak yang lain tergantung penamaan di setiap daerah
Serta Kodok/ Katak yang lain tergantung penamaan di setiap daerah
Komentar tentang SARA DI LARANG KERAS